Tren Soft Life, Layak Diterapkan atau Ditiadakan?

Kalau boleh menebak, benarkah tren soft life ini adalah milik orang-orang pemalas? Sebab, mereka terlihat enjoy dalam melakukan aktivitas, yang notabene terlihat kalau aktivitas tersebut tidak menghasilkan uang.

Tapi kalau benar milik pemalas dan aktivitasnya tidak menghasilkan uang, kenapa aktivitas yang dilakukan terlihat mewah? Langsung saja baca artikel ini buat tahu jawabannya ya!

Apa Itu Tren Soft Life?

Awal mula tren soft life ini berasal dari konsep yang beredar di sekitar komunitas Nigeria untuk mengembangkan gaya hidup atau lifestyle yang santai dan nyaman. Bisa dibilang juga, mereka benar-benar melakukan sesuatu yang dicintai, tanpa paksaan, dan bahagia.

Gaya hidup ini menjadi cara khusus bagi banyak perempuan kulit hitam dalam menghadapi tekanan untuk mewujudkan kepribadian yang kuat dalam menghadapi marginalisasi dan rasisme. Sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan oleh Qualitative Health Research menemukan bahwa peran perempuan super ini dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih tinggi, pola makan yang tidak sehat, kurang tidur, hingga kurangnya mereka dalam merawat diri.

Baca Juga: Tips Merawat Kuku Agar Mengkilap dengan Bahan Alami

Bagaimana Menerapkan Tren Soft Life

tren soft life
tren soft life | credit: pexels

Banyak yang bilang kalau tren ini untuk orang-orang pemalas. Faktanya bisa jadi tidak begitu. Apalagi kalau melihat aktivitas yang dilakukan banyak menggunakan barang mewah. Bagaimana bisa pemalas mendapatkan barang mewah?

Dari yang penulis amati, tren ini lebih mengajak kita untuk menerapkan pola hidup seimbang. Bagaimana kamu tetap bisa menjaga kewarasan batin, bahkan raga, di tengah aktivitas yang mungkin saja gak akan ada akhirnya.

Tidak bermaksud mengajak untuk hedon semata atau egois. Sekali lagi, mengajak kamu untuk hidup seimbang. Kapan harus bekerja keras agar bisa mendapatkan hal-hal mewah. Kapan harus menikmatinya.

Meskipun tren yang ada lebih mengarah pada gaya hidup mewah, tapi masih banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk menerapkan tren ini. Tidak harus mewah, hal sederhana pun bisa kamu terapkan. Asalkan memang hal tersebut sesuai dengan apa yang pribadimu ingin lakukan dari hati.

Misalnya saja, kamu ingin menghabiskan waktu selama seharian penuh untuk bereksperimen di dapur. Memasak berbagai macam makanan yang kamu suka tanpa terganggu oleh aktivitas kerjaan dan hal lainnya. Kamu benar-benar memprioritaskan dirimu sendri di atas orang lain untuk menciptakan kenyamanan dan kebahagiaan dalam diri. Sehari saja dalam satu minggu. Itulah cara menerapkan tren soft life.

Ingat kutipan ini kan,”kalau gak mau dunia keras kepadamu, keraslah terhadap dirimu sendiri’. Disisi lain, “jangan terlalu keras sama diri sendiri, ingat kamu juga perlu rehat dari rutinitas padat, membosankan, dan yang terlalu keras itu untuk menjaga kewarasan”.

Akan ada bahaya ketika kamu lalai dengan proporsi yang kamu tentukan. Kamu terlena dengan gaya hidup soft dan lupa bahwa disana orang lain sedang berjuang keras untuk bisa bertahan hidup dan menggapai cita-cita.

Gaya hidup ini bisa bernilai positif, juga negatif. Kalau kamu bisa komit pada proporsinya, gaya hidup ini akan bernilai positif. Sebaliknya, kalau kamu terlena dan terlalu nyaman, kamu yang bisa merugi. Kamu di cap sebagai “pemalas”, “tidak punya cita-cita”.

Jadi, inginkah kamu menerapkan tren soft life? Ingat, jangan terlena dan tetap tentukan proporsinya dengan jelas dan seimbang agar kehidupanmu terus tumbuh dan tetap menyenangkan. Kalau bisa bertumbuh di zona soft life? Why not, kamu bisa menciptakannya.

Exit mobile version