Peran perempuan menghadapi bencana- Baru-baru ini kita digemparkan dengan bencana erupsi Gunung Semeru yang cukup banyak memakan korban jiwa. Hingga tanggal 06 Desember kemarin, tercatat sebanyak 22 orang meninggal dan 27 orang belum ditemukan. Tidak sedikit korban yang berjenis kelamin perempuan, hal ini disebabkan dalam hal ketangguhan dalam menghadapi bencana, perempuan memang lebih rentan daripada laki-laki.
Salah satu yang menyita perhatian publik ialah kisah Rumini, seorang perempuan yang ditemukan meninggal dengan kondisi memeluk Ibunya, Salamah. Rumini beserta Ibunya tewas akibat tertimpa bangunan roboh dari adanya aktivitas Gunung Semeru. Dia memilih untuk tidak menyelamatkan diri karena menemani Ibunya yang tidak bisa berjalan, hingga ajal menjemput mereka berdua. Kisah ini merupakan kisah pilu dari suatu bencana yang cukup dahsyat dan terjadi secara mendadak.
Bencana erupsi Gunung Semeru terjadi secara mendadak dan tidak terduga. Awan panas guguran menerjang 4 desa di 2 kecamatan. Hujan abu vulkanik tebal bahkan melanda di 11 desa 8 kecamatan. Tidak hanya merenggut korban jiwa, akan tetapi juga menimbulkan banyak sekali kerusakan, seperti putusnya jembatan Gladak Perak yang mengakibatkan akses Lumajang-Malang via Jalur Selatan terputus total.
Cerita diatas adalah refleksi bagi kita semua untuk selalu waspada terhadap ancaman bencana alam yang berada di sekitar kita. Memang, dalam hal bencana alam, manusia tidak bisa untuk menolak maupun menunda. Akan tetapi, manusia dapat memperkuat ketangguhan agar bencana alam yang terjadi tidak banyak menimbulkan korban jiwa. Untuk itulah diperlukan peran perempuan dalam menghadapi bencana, agar kita bisa melindungi diri dan keluraga dari ancaman bencana di sekitar kita.
Mengenal Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat menurut UU RI No.24 Tahun 2007, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan merupakan kunci keselamatan kita semua. Masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan yang tepat, maka ia mampu menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain. Lalu bagaimana upaya yang bisa kita lakukan? Berikut adalah info grafiknya!
- Memahami ancaman atau bahaya di lingkungan sekitar
- Mengetahui sistem peringatan dini setempat
- Memahami rute evakuasi dan rencana pengungsian
- Memiliki keterampilan untuk melindungi diri
- Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga, dan dipraktikan melalui latihan
Baca Juga : Profil Siti Nurbaya Bakar, Menteri KLHK Perempuan Pertama!
Fakta Bencana dan Perempuan
Perempuan memang harus lebih aware dengan upaya mitigasi bencana, karena fakta menyatakan sebagai berikut:
- Perempuan dan anak beresiko meninggal 14 kali lebih besar dari pria dewasa saat terjadinya bencana (Peterson K, 2007)
- Bencana Cylone di Bangladesh 1991 menelan korban 14.000jiwa dan 90% adalah perempuan (Ikeda, 1995)
- Badai Katrina di US menelan korban sebagian besar ialah Ibu-ibu beserta anaknya
- 60-70% korban bencana adalah wanita, anak-anak dan lanjut usia, Korban Tsunami Aceh juga banyak merenggut korban jiwa Ibu meninggal bersama anaknya.
- 95% korban bencana alam yang bisa selamat karena mampu menyelamatkan diri (34,9%), diselamatkan keluarga (31,9%), dan diselamatkan oleh tetangga (28,1%).
Berdasarkan data-data diatas bahwa para korban bencana dari kaum perempuan posisinya selalu dekat dengan anaknya ataupun keluarga yang lain seperti Ibunya. Artinya memang sifat dari perempuan itu sendiri yang selalu ingin melindungi anak serta keluarga yang lainnya. Sementara kemampuan diri untul melakukan penyelamatan dan kesiapsiagaan sangat rendah.
Alasan Perempuan Harus Berperan dalam Menghadapi Bencana
Perempuan memiliki andil dalam rumah tangga salah satunya karena perempuan lebih sering di rumah yang seringkali disebut perempuan adalah penguasa rumah. Seorang Ibu biasanya juga memiliki sifat pelindung rumah dengan segala isinya, seorang perempuan biasanya juga lebih aktif dalam kelompok sosial maupun komunitas di masyarakat. Dari segala perannya tersebut, yang terpenting ialah perempuan adalah pembelajar sekaligus pendidik kesiapsiagaan pada diri sendiri serta keluarga sekaligus lingkungan sekitar.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, B.Wisnu Widjaja, selalu menekankan dalam setiap kesempatan, bahwa perlunya memperkuat kapasitas, kemampuan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan bencana bagi kaum perempuan. Dengan demikan akan secara otomatis menularkan pengetahuannya kepada anak, kerabat, serta anggota keluarga yang lain. Sesuai dengan kodrat wanita yang selalu ingin melidungi anak-anak nya serta anggota keluarga yang lain. Sehingga dengan melibatkan kaum perempuan terkait kesiapsiagaan bencana, diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban akibat bencana alam.
Hal-Hal yang Bisa Dilakukan Perempuan dalam Memperkuat Ketangguhan Bencana
Mengutip dari gerakan srikandi siaga bencana yang diinisiasi oleh BNPB, perempuan dapat melakukan hal berikut untuk memperkuat ketangguhannya dalam menghadapi bencana:
- Memperluas akses informasi terkait kebencanaan
- Meningkatkan kapasitas perlindungan diri
- Mendidik keluarga siaga bencana
- Melindungi keluarga dari ancaman bencana
- Mendidik masyarakat di sekitarnya menjadi lebih waspada dan siaga bencana
Baik, itulah hal-hal yang bisa kita upayakan untuk memperkuat kapasitas kita sebagai perempuan dalam menghadapi bencana, ingat benca tidak bisa kita hindari, namun kita dapat mengurangi risiko nya dengan memperkuat ketangguhan kita dalam menghadapi bencana.
*Ditulis oleh : Nava Ayu Dwi Rosita