Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober selalu memberikan kejutan baru bagi para generasi muda perempuan Indonesia. Kali ini, ada sosok perempuan inspiratif yang harapannya bisa memotivasi kamu, para perempuan cantik dan hebat agar terus bertumbuh, khususnya di bidang bisnis. Sosok perempuan inspiratif tersebut adalah Dea Valencia.
Dea adalah pengusaha Batik Kultur yang telah sukses sejak usia 25 tahun. Melalui usaha batiknya, Dea berhasil meraih omzet miliaran rupiah setiap bulannya. Juga telah ada sekitar 120 karyawan yang terdiri dari berbagai bagian, seperti penjahit, admin, finishing, dan quality control yang membantu Dea dalam memproduksi batik. Lalu, bagaimana Dea bisa mencapai kesuksesan tersebut di usia muda?
Batik Sudah Melekat di Kehidupan Dea Valencia Sejak Kecil
Dea Valencia merupakan anak dari pasangan Iskiworo Budiarto dan Ariyani Utoyo. Dea lahir pada 14 Februari 1994 di Semarang.
Sejak kecil, Dea sudah akrab dengan dunia bisnis, khususnya bisnis Batik Lawas milik ibunya. Dea selalu membantu ibunya dalam berjualan. Hingga pada usia 16 tahun, Dea mulai tertarik juga untuk terjun ke dunia bisnis batik. Dea banyak belajar dari orang tuanya, juga dari berbagai referensi lain, seperti membaca buku yang berkaitan dengan batik, hingga learning by doing.
Awal Mula Batik Kultur Dea Valencia
Nama Batik Kultur terinspirasi dair kultur Indonesia, yaitu Batik.
Dea mengerti betul bagaimana proses pembuatan Batik Tulis dari hulu ke hilir. Setelah sekian lama membantu sang ibu, pada suatu waktu, muncul keinginan Dea untuk membuat baju cantik dari batik seperti yang ia mau.
Dea mengalami banyak keterbatasan, namun ia tidak menyerah begitu saja. Dengan semangat juang yang tinggi, keterbatasan bisa Dea kalahkan dengan kreativitas.
Dari kendala modal untuk membeli kain, Dea memilih untuk menggunting-gunting Batik Lawas milik ibunya dan mengreasikan guntingan-guntingan tersebut dengan menjahit sesuai keinginan. Ada prinsip bagus yang Dea punya,”Dea tidak ingin menjual produk yang memang tidak ia suka”.
Pun dari keterbatasan sumber daya manusia, Dea masih bisa mengakalinya. Banyak ide menarik yang Dea punya. Namun karena Dea tidak bisa menggambar desain, akhirnya ia mulai menggunakan jasa juru gambar. Dea mentransfer imajinasinya untuk dituangkan ke dalam desain-desain yang siap untuk dieksekusi.
Dari yang awalnya hanya ada satu penjahit di sudut rumahnya. Lambat laun seiring berkembangnya usaha yang ia jalani, Dea mulai bisa merekrut banyak karyawan. Ini juga didorong oleh adanya pemasaran digital yang Dea terapkan. Media sosial Facebook dan Instagram memiliki peranan penting terhadap kesuksesan bisnis Dea.
Sebanyak 50% Karyawan Dea adalah Penyandang Disabilitas
Dea Valencia memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi. Ia tidak membeda-bedakan para pelamar kerja. Semua berjalan dengan natural dan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.
Saat ada yang melamar kerja dari disabilitas, Dea rekrut. Yang awalnya hanya ada 15-20% penyandang disabilitas, akhirnya semakin bertambah menjadi sebanyak 50% dari total karyawan (kira-kira dari 120 karyawan) adalah penyandang disabilitas.
Banyak pembuktian yang Dea temui dari setiap karyawannya. Adanya semangat kerja yang tinggi dari para penyandang disabilitas turut menjadi alasan Dea untuk terus mau bekerja sama dengan mereka.
Tidak cukup sampai disitu, Dea Valencia juga selalu mengapresiasi karya dari para penyandang disabilitas. Salah satunya dengan mengikuti kampanye Cerita di Balik Jahitan. Bagaimana setiap baju diproduksi benar-benar dari potongan kain yang kemudian dihandle oleh satu pekerja sampai menjadi baju.
Setiap prosesnya selalu dilakukan dengan hati-hati guna menjaga kualitas. Mulai dari membuat pola pada kain, mengukur, memotong, hingga menjahit. Benar-benar detail.